YOGYAKARTA -- Maraknya penyebaran hoax menjadi salah satu kekhawatiran di era milenial, terlebih lagi dalam menyambut pemilu yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 mendatang.
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus pengajar Program Dokyor Ilmu Politik UGM Dr. Munawar Ahmad mengatakan hoax terkadang bisa menjadi bagian dari taktik propaganda. "Pemerintah juga suka menyebarkan informasi yang tidak benar untuk mempengaruhi pikiran masyarakat sesuai dengan apa yang dikehendaki,” ujarnya dalam kuliah umum "Hoax dan Politik Komunikasi di Era Millenial" di Lab PR Prodi Komunikasi UPN "Veteran" Yogyakarta (12/4).
Di era digital ini, informasi palsu yang menyerupai asli semakin marak beredar dengan berbagai tujuan, baik sekedar untuk humor, meningkatkan marketing dan periklanan, bahkan memprovokasi hingga melecehkan dan menjatuhkan pihak tertentu. Pada dasarnya, penyebaran hoax yang ada bertujuan untuk mengaburkan kebenaran dari keingintahuan khalayak.
Masyarakat era milenial juga dianggap seperti sumbu pendek, karena sangat mudah menerima informasi yang belum pasti kebenarannya, "jika berita hoax terus beredar, akibatnya 'pengetahuan' masyarakat terhadap kenyataan mengalami kesalahpahaman yang menyebabkan kurangnya kontrol kesadaran," jelas Ahmad. Menanggapi hal tersebut, Choirunnisa Nabila, mahasiswi Ilmu Komunikasi 2016 yang ikut menghadiri kuliah umum menyarankan agar masyarakat seharusnya tidak langsung menerima mentah - mentah berita yang diterima, melainkan harus dikonfirmasi terlebih dahulu kebenarannya.
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPNVYK Dr. Subhan Afifi mengatakan bahwa kuliah umum ini adalah bentuk respon jurusan terhadap kondisi terkini Indonesia. Harapannya mahasiswa dapat menjadi bagian dari gerakan literasi media, sehingga masyarakat tidak begitu saja percaya dengan informasi yang beredar di sosial media.